Musibah sebagai Pengingat: Sedekah yang Menyuburkan Harapan di Tanah Bencana

Hujan yang turun nyaris tanpa jeda selama beberapa pekan membuat banyak wilayah di Indonesia kembali diliputi kecemasan. Di beberapa titik Sumatera, banjir dan longsor datang silih berganti, membawa serta lumpur dan batu yang merusak rumah serta ladang warga.

Namun di sela-sela bau tanah basah dan suara sirene tim penyelamat, ada aliran lain yang tak kalah deras: sedekah yang menghidupkan kembali harapan di tanah bencana.

Di pinggir jalan yang kini berubah menjadi aliran air, para ibu menata makanan hangat yang dimasak bergotong-royong. “Kami memasak dari apa yang tersisa,” kata seorang ibu di Aceh Tengah, sembari membagikan sepiring bubur untuk anak-anak pengungsi.

Di Sumatera Barat, sekelompok pemuda masjid mengangkat karung beras menuju posko, hasil patungan warga kampung yang sebagian rumahnya juga terendam. Mereka tertawa kecil — lelah, namun tetap hangat — seperti menemukan semangat baru di tengah hiruk pikuk.

Sedekah, dalam ajaran Islam, bukan sekadar memberi. Ia adalah energi pemulihan — spiritual dan sosial — yang bekerja pelan namun pasti. Di posko darurat Tapanuli, seorang relawan bercerita bagaimana para lansia yang kehilangan rumah justru menenangkan sesama pengungsi sambil meminum teh hangat.

Kebaikan itu menular,” katanya. “Begitu satu orang memberi, yang lain merasa terdorong untuk ikut membantu.”

Di balik tenda biru yang dihantam angin, para korban menemukan kekuatan baru. Mereka tidak hanya menerima bantuan; mereka saling menguatkan. Seorang pemuda yang kakinya terkilir akibat longsor menyumbangkan waktunya untuk menghibur anak-anak dengan cerita singkat.

Seorang pedagang kecil membuka termos kopi secara gratis untuk para relawan. Tindakan kecil, namun cukup menyalakan kembali rasa percaya diri, bahwa hidup bisa ditata ulang dari awal.

Musibah kerap datang seperti tamu tak diundang, menyergap tanpa aba-aba. Namun ia juga menjadi pengingat bagi manusia bahwa segala yang dimiliki hanyalah titipan.

Dan pada saat yang sama, ia membuka ruang bagi sedekah untuk tumbuh subur. Kedermawanan, betapapun kecilnya, menjadi jembatan antara luka dan pemulihan.

Di tanah-tanah yang retak itu, sedekah menjelma menjadi benih harapan. Ia mungkin tidak menahan banjir atau menahan tebing agar tidak runtuh, tetapi ia menjaga agar hati manusia tidak ikut roboh.

Dalam kepungan air dan lumpur, sedekah menjadi tangan yang mengangkat, suara yang menenangkan, dan cahaya yang menuntun masyarakat menuju lembar pemulihan berikutnya. Musibah boleh datang, tetapi harapan tetap bisa tumbuh—asal ada yang mau menanamnya.

Admin YNSU

Yayasan Nur Sedekah Umat (YNSU) adalah organisasi nir labar berbentuk yayasan di bidang sosial. Memiliki semboyan: "Menggalang Potensi. Menebar Manfaat. Berkontribusi untuk Negeri. Meraih Ridhlo Ilahi."

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *