Wakaf Pendidikan: Mencetak Generasi Cerdas dan Mandiri

Di tengah tantangan pendidikan yang kian kompleks, banyak lembaga pendidikan Islam masih bergantung pada donasi yang sifatnya sesaat. Hari ini ada bantuan, besok belum tentu.
Akibatnya, keberlangsungan sekolah, pesantren, hingga program beasiswa sering naik-turun tergantung kemurahan hati para donatur. Padahal, pendidikan butuh fondasi yang kokoh dan berkelanjutan.
Nah, di sinilah wakaf punya peran besar yang sering kali terlupakan. Wakaf bukan hanya untuk masjid atau makam, tapi juga bisa menjadi sumber pendanaan permanen bagi dunia pendidikan.
Melalui wakaf produktif, aset wakaf dikelola secara profesional untuk menghasilkan keuntungan yang kemudian digunakan membiayai sekolah, membayar guru, memberi beasiswa, hingga membangun sarana belajar.
Contohnya, kita bisa belajar dari model Universitas Al-Azhar di Mesir — salah satu lembaga pendidikan tertua di dunia yang berdiri kokoh selama lebih dari seribu tahun berkat sistem wakaf.
Tanah, toko, dan aset lain yang diwakafkan dikelola sehingga keuntungannya menopang kegiatan pendidikan tanpa harus menunggu donasi baru setiap waktu. Begitu pula di beberapa negara Timur Tengah dan Turki, banyak universitas modern kini berjalan dengan dana wakaf produktif.
Di Indonesia, konsep ini mulai mendapat perhatian. Beberapa pesantren dan kampus Islam sudah memulai langkah dengan mendirikan unit bisnis berbasis wakaf: ada yang mengelola kebun, properti, hingga usaha ritel.
Hasil keuntungannya bukan masuk ke kantong pribadi, tapi kembali untuk membiayai pendidikan para santri dan mahasiswa kurang mampu. Inilah bentuk nyata pendidikan berkeadilan yang tak tergantung belas kasihan.
Agar sistem ini makin kuat, lembaga wakaf dan pendidikan perlu berkolaborasi. Pengelolaan harus transparan, profesional, dan berbasis syariah. Generasi muda juga perlu diajak berpartisipasi — tak harus menjadi pewakaf besar, cukup berwakaf uang lewat platform digital dengan nominal kecil tapi rutin.
Bayangkan jika semangat ini tumbuh luas. Sekolah-sekolah Islam tak lagi pusing soal biaya operasional, guru bisa fokus mengajar, dan anak-anak dari keluarga kurang mampu tetap bisa belajar dengan layak. Dari situlah, cita-cita “mencetak generasi cerdas dan mandiri” bukan lagi sekadar slogan, tapi kenyataan.
Karena sejatinya, wakaf pendidikan bukan hanya amal untuk akhirat, tapi juga investasi besar bagi masa depan bangsa.

