Memelihara Anak Yatim Piatu: Pintu Surga yang Tak Terduga

Tak ada yang lebih mengiris hati daripada melihat anak kecil tumbuh tanpa pelukan orang tua. Mereka kehilangan sosok ayah yang membimbing dan ibu yang merawat penuh cinta. Namun dalam pandangan Islam, anak yatim piatu bukan sekadar anak yang kehilangan orang tua — mereka adalah titipan istimewa dari Allah, yang siapa pun menjaganya akan mendapat kemuliaan luar biasa.
Al-Qur’an berulang kali menyebut anak yatim dengan penghormatan tinggi. Allah berfirman:
“Mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim. Katakanlah: Memperbaiki keadaan mereka adalah baik.”
(QS. Al-Baqarah: 220)
Tak hanya memperbaiki, tapi juga melindungi dan menyayangi mereka adalah perbuatan yang dicintai Allah. Bahkan dalam QS. Ad-Duha, Allah mengingatkan bahwa Rasulullah SAW sendiri adalah seorang yatim saat kecil:
“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?”
(QS. Ad-Duha: 6)
Menariknya, Rasulullah tidak hanya menaruh simpati pada anak yatim, tapi juga memberi janji indah bagi siapa saja yang merawat mereka. Dalam sabdanya yang terkenal, beliau berkata:
“Aku dan orang yang memelihara anak yatim akan berada di surga seperti ini,” sambil merapatkan dua jarinya.
(HR. Bukhari)
Bayangkan—bersama Nabi di surga! Sebuah kehormatan yang mungkin tak bisa didapat dari amal besar lainnya. Dan ternyata, jalan menuju ke sana bisa melalui senyum, perhatian dan kasih sayang kepada seorang anak yatim.
Tak harus membangun panti atau jadi donatur besar. Menanggung biaya sekolah satu anak, mengajaknya makan bersama atau sekadar mendengar curhatnya dengan tulus pun sudah menjadi bagian dari memelihara mereka. Karena hakikat memelihara bukan hanya memberi makan, tapi juga memberi cinta.
Islam bahkan memberi peringatan keras kepada yang berlaku semena-mena pada anak yatim. Dalam QS. Al-Ma’un, salah satu ciri pendusta agama adalah yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
Jadi, jika hari ini kita diberi kelapangan hati dan rezeki, salah satu cara terbaik untuk mensyukurinya adalah dengan menyentuh hidup seorang anak yatim piatu. Sebab mungkin, di balik senyumnya yang polos, ada jalan terbuka menuju surga — jalan yang tak semua orang diberi kesempatan untuk melewatinya.

