Sedekah Saat Lapang & Sempit: Ujian Ikhlas yang Bernilai Tinggi

Banyak orang merasa sedekah itu hanya urusan mereka yang “berkelebihan”. Yang dompetnya tebal, rekeningnya aman dan tabungannya cukup. Tapi Islam punya cara pandang yang berbeda. Justru, sedekah menjadi luar biasa ketika dilakukan tak hanya di saat lapang, tapi juga saat sempit — ketika kita sendiri sedang menghitung rupiah demi rupiah.
Allah SWT memuji orang-orang yang bersedekah dalam berbagai kondisi, dalam firman-Nya:
“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit…” (QS. Ali Imran: 134)
Lihatlah bagaimana ayat ini menyandingkan dua kondisi ekstrem: lapang dan sempit. Keduanya dipuji, tapi yang paling menantang tentu saat sempit. Di saat kebutuhan sendiri pun belum tercukupi, namun seseorang tetap rela berbagi — itulah wujud iman dan keikhlasan sejati.
Rasulullah SAW juga bersabda, “Sedekah yang paling utama adalah sedekah yang dilakukan dalam keadaan sehat, pelit, takut miskin, dan sedang berangan-angan menjadi kaya…” (HR. Bukhari dan Muslim).
Artinya, bersedekah saat kita masih berat melepas harta, saat kita merasa butuh, justru itulah yang lebih utama. Karena pada titik itulah nilai keimanan diuji: apakah kita percaya bahwa harta tak berkurang karena sedekah, seperti janji Nabi?
Masih ingat kisah sahabat Nabi yang bernama Abu Thalhah? Ia menyedekahkan kebun terbaiknya saat mendengar ayat tentang infak dari harta yang dicintai (QS. Al-Baqarah: 267). Atau kisah seorang sahabat miskin yang datang membawa satu genggam kurma ke masjid, sementara yang lain datang dengan kantong penuh. Rasulullah menyamakan keduanya karena niat dan keikhlasan mereka sama-sama besar.
Sedekah saat lapang memang baik. Tapi sedekah saat sempit punya nilai tersendiri — ia membuktikan bahwa kita tidak bergantung pada jumlah, tapi pada niat dan keyakinan. Ia adalah pernyataan bahwa kita percaya rezeki datang dari Allah, bukan dari angka di rekening.
Maka jangan tunggu kaya raya untuk mulai berbagi. Mulailah dari sekarang. Mungkin hanya lima ribu rupiah, segelas air, atau sebungkus nasi. Tapi jika dilakukan dengan hati yang ikhlas, bisa jadi itulah sedekah yang paling dicintai Allah.
Karena sedekah bukan soal seberapa banyak yang kita beri, tapi seberapa besar kita rela melepaskannya. Dan yang ikhlas di saat sempit — itulah yang nilainya tak ternilai.

