Sedekah Terang-Terangan: Riya atau Inspirasi?

Di era digital ini, banyak orang berlomba-lomba membagikan momen sedekah mereka di media sosial. Ada yang memperlihatkan amplop zakat, potret berbagi sembako, hingga dokumentasi pembangunan masjid. Bagi sebagian orang, itu adalah bentuk syiar dan ajakan. Namun, tak sedikit pula yang mencibir, “Itu riya, pamer amal.”

Lantas, bagaimana sebenarnya pandangan Islam tentang bersedekah secara terang-terangan? Apakah hal itu dibolehkan? Ataukah justru harus disembunyikan agar terhindar dari ujub dan riya?

Al-Qur’an memberikan jawaban yang bijaksana dan seimbang. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 271, Allah berfirman:
“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu.” ( QS Al-Baqarah: 271)

Ayat ini menjelaskan bahwa memperlihatkan sedekah itu baik, namun menyembunyikannya lebih baik — asalkan niatnya tetap karena Allah. Sedekah yang terang-terangan dapat menjadi contoh dan motivasi bagi orang lain. Apalagi jika dilakukan di depan publik dengan tujuan mendorong semangat kebaikan. Tapi tentu saja, niat menjadi kunci.

Rasulullah SAW pun pernah mencontohkan sedekah secara terang-terangan. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, suatu hari saat Nabi mengajak para sahabat untuk bersedekah, datanglah Umar bin Khattab dan menyumbang setengah hartanya, lalu datang Abu Bakar membawa seluruh hartanya. Semua dilakukan secara terbuka. Dan Nabi tidak menegur mereka, bahkan memujinya.

Namun dalam waktu yang lain, Rasulullah SAW juga bersabda:
“Tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya… di antaranya adalah seseorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, lalu tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini mengangkat derajat orang yang bersedekah dengan sangat tersembunyi karena kuatnya keikhlasan. Maka jelaslah, keduanya sama-sama dibolehkan, selama niatnya lurus.

Yang menjadi masalah adalah ketika terang-terangan dilakukan demi pujian, ingin dapat likes, dan pengakuan. Saat itu, sedekah berubah rupa — dari ibadah menjadi pamer. Maka, niat perlu selalu dibersihkan, bahkan dalam kebaikan.

Bersedekah secara terbuka bisa menjadi amal yang sangat besar nilainya jika diniatkan untuk menginspirasi, membangkitkan semangat orang lain untuk ikut berbagi. Tapi jika hati mulai bergeser ke arah ingin dilihat dan dipuji, maka saat itu pula kita harus segera menarik diri—kembali ke keheningan yang penuh ketulusan.

Akhirnya, sedekah — baik terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi — keduanya mulia. Yang membedakan hanyalah niat. Sebab Allah tidak menilai seberapa banyak yang kita beri, tetapi seberapa ikhlas kita melakukannya.

Admin YNSU

Yayasan Nur Sedekah Umat (YNSU) adalah organisasi nir labar berbentuk yayasan di bidang sosial. Memiliki semboyan: "Menggalang Potensi. Menebar Manfaat. Berkontribusi untuk Negeri. Meraih Ridhlo Ilahi."

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *