Membangun Solidaritas Umat dengan Infaq: Teladan Rasulullah SAW di Madinah

Ketika Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, beliau tidak hanya membangun masjid sebagai pusat ibadah, tetapi juga menanam fondasi ekonomi dan sosial yang kokoh. Di kota baru itu, masyarakatnya beragam: ada kaum Anshar yang sudah mapan dan kaum Muhajirin yang datang tanpa harta.

Tantangan besar pun muncul — bagaimana menyatukan dua kelompok yang berbeda latar dan ekonomi menjadi satu umat yang solid? Jawabannya: melalui infaq dan semangat berbagi.

Rasulullah SAW menunjukkan bahwa infaq bukan hanya ibadah personal, tetapi juga strategi sosial. Saat kaum Muhajirin datang dengan tangan kosong, kaum Anshar menyambut mereka dengan penuh kasih. Ada yang membagi separuh harta, ada yang menawarkan lahan, bahkan ada yang mempersilakan rumahnya ditempati.

Rasulullah SAW mendorong semangat ini dengan sabdanya, “Tidak beriman seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” Dari sinilah lahir persaudaraan sejati yang menembus batas harta dan asal-usul.

Tak berhenti di situ. Rasulullah SAW mengelola sistem infaq secara kolektif. Beliau mengajarkan agar umat Islam menyisihkan sebagian rezekinya untuk kepentingan umum — membantu fakir miskin, membiayai perjuangan, hingga memajukan ekonomi umat. Saat Tabuk menyeru umat untuk berjihad, para sahabat berlomba-lomba berinfaq.

Umar bin Khattab membawa separuh hartanya, sementara Abu Bakar As-Shiddiq menyerahkan seluruh miliknya dengan penuh keyakinan, hanya menyisakan Allah dan Rasul-Nya bagi keluarganya. Rasulullah tersenyum haru melihat semangat itu, karena ia tahu: kekuatan umat bukan pada banyaknya harta, melainkan pada ketulusan memberi.

Hasilnya terlihat nyata. Di bawah kepemimpinan Nabi SAW, Madinah berubah dari kota sederhana menjadi pusat peradaban. Roda ekonomi bergerak dinamis karena didasari nilai keadilan dan kebersamaan.

Tidak ada yang dibiarkan lapar, tidak ada yang dibiarkan kaya sendirian. Infaq menjadi tali pengikat antara si kaya dan si miskin, menjadikan keduanya saling menguatkan, bukan saling curiga.

Kini, semangat infaq itu tetap relevan. Di tengah dunia modern yang sering menumbuhkan egoisme dan kesenjangan sosial, infaq hadir sebagai obat penyeimbang. Ia bukan sekadar memberi, melainkan membangun solidaritas dan kemandirian ekonomi umat.

Dari tangan-tangan yang ringan memberi, lahirlah masyarakat yang saling menopang — sebagaimana dulu Rasulullah SAW membangun Madinah dengan cinta, keikhlasan, dan semangat berbagi tanpa pamrih.

Admin YNSU

Yayasan Nur Sedekah Umat (YNSU) adalah organisasi nir labar berbentuk yayasan di bidang sosial. Memiliki semboyan: "Menggalang Potensi. Menebar Manfaat. Berkontribusi untuk Negeri. Meraih Ridhlo Ilahi."

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *