Sedekah Tersembunyi vs Sedekah Terang-Terangan: Mana yang Lebih Utama?

Sedekah adalah bahasa universal kebaikan. Ia bisa dilakukan siapa saja, kapan saja, tanpa mengenal batas usia maupun harta. Namun, ada satu pertanyaan klasik yang sering muncul: lebih utama mana, sedekah yang dilakukan diam-diam atau yang dilakukan terang-terangan?
Al-Qur’an memberikan dua gambaran. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 271 disebutkan: “Jika kamu menampakkan sedekahmu, maka itu baik. Dan jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu.” Ayat ini menunjukkan keduanya baik, tapi menyembunyikan sedekah memiliki nilai lebih – karena lebih terjaga dari riya.
Sedekah tersembunyi memang punya pesona tersendiri. Ia ibarat cahaya yang hanya Allah dan penerimanya yang tahu. Ada kisah menarik dari seorang pengusaha di Bandung yang setiap Jumat selalu menitipkan sejumlah uang ke masjid untuk dibagikan kepada jamaah yang membutuhkan. Tak ada yang tahu siapa pemberinya, bahkan pengurus masjid pun hanya menyebutnya “hamba Allah”. Bertahun-tahun ia lakukan itu, dan ketika wafat, barulah keluarga menceritakan kebiasaannya. Sosoknya dikenang bukan karena kekayaannya, melainkan karena kemurahan hati yang tulus tanpa pamrih.
Namun, bukan berarti sedekah terang-terangan lebih rendah nilainya. Justru dalam konteks tertentu, ia bisa menjadi teladan. Seperti kisah Bu Siti, pedagang sayur di Pasar Bogor, yang setiap pekan mengajak pembeli menyisihkan seribu rupiah untuk membeli beras bagi panti asuhan. Ia tidak segan menyebutkan jumlah yang sudah terkumpul di depan pelanggan. Hasilnya, banyak orang ikut tergerak. “Kalau saya diam-diam, mungkin hanya sedikit. Tapi kalau saya ajak ramai-ramai, efeknya lebih besar,” ujarnya.
Fenomena serupa kini juga muncul di dunia digital. Kita sering melihat dua gaya bersedekah: ada yang transfer diam-diam lewat rekening donasi tanpa mencantumkan nama, dan ada yang ikut open donation campaign di media sosial dengan menyebutkan nominal. Yang pertama menjaga keikhlasan, yang kedua menginspirasi orang lain untuk ikut bergerak. Bayangkan jika tidak ada publikasi, mungkin ribuan korban bencana tak akan cepat mendapat bantuan.
Lantas, mana yang lebih utama? Para ulama sepakat, semua kembali pada niat. Jika niatnya untuk pamer, sedekah terang-terangan bisa berubah menjadi riya. Tapi jika niatnya untuk memotivasi, ia tetap bernilai ibadah. Begitu pula dengan sedekah tersembunyi, yang nilai keikhlasannya lebih terjaga.
Pada akhirnya, sedekah – baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan – adalah amal mulia yang mendatangkan pahala dan keberkahan. Kita hanya perlu menimbang situasi. Saat ingin menjaga hati dari riya, sembunyikanlah. Namun saat ingin mengajak orang lain peduli, tak ada salahnya menampakkannya.
Karena pada hakikatnya, Allah tidak menilai seberapa besar sedekah kita, melainkan seberapa tulus hati yang memberikannya. Dan seringkali, justru di situlah letak keutamaan yang sebenarnya.

