Sedekah Jariyah: Amal yang Mengalir Tanpa Henti Meski Kita Sudah Tiada

Setiap manusia pasti meninggalkan dunia ini. Harta, jabatan, dan popularitas tak bisa kita bawa. Namun, ada satu “warisan” yang tetap hidup meski jasad sudah terkubur: sedekah jariyah. Rasulullah SAW bersabda, “Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim).

Sedekah jariyah berbeda dari sedekah biasa. Jika sedekah umumnya memberi manfaat sesaat, maka sedekah jariyah menghadirkan manfaat berkelanjutan. Ibarat menanam pohon, pahala terus tumbuh seiring pohon itu memberi buah dan keteduhan.

Contoh paling nyata adalah pembangunan masjid. Di sebuah desa di Lombok, ada kisah mengharukan tentang seorang kuli bangunan bernama Pak Umar. Ia hidup sederhana, tapi setiap kali menerima upah, ia selalu menyisihkan sebagian untuk kotak amal pembangunan masjid. Tidak besar, kadang hanya sepuluh ribu rupiah. Namun, ketika masjid akhirnya berdiri megah, air mata Pak Umar menetes. “Saya mungkin tidak sempat shalat di sini terus-menerus. Tapi selama ada orang yang shalat, saya berharap pahala itu mengalir,” ujarnya.

Sedekah jariyah juga bisa berupa sumur atau fasilitas air bersih. Di daerah rawan kekeringan di Nusa Tenggara Timur, sekelompok pemuda patungan membangun sumur bor. Mereka tak menyangka, sumur itu menjadi penyelamat ratusan keluarga. Setiap kali warga menimba air, pahala terus mengalir untuk para penyumbang—bahkan mungkin sampai mereka tiada.

Ada pula kisah inspiratif dari seorang guru ngaji di Jakarta. Dengan penghasilan pas-pasan, ia mencetak mushaf Al-Qur’an dan membagikannya gratis ke pesantren-pesantren kecil. Bertahun-tahun kemudian, murid-muridnya yang belajar dari mushaf itu sudah menjadi penghafal Qur’an dan pengajar baru. Amal jariyah sang guru terus berlipat, meski beliau sudah berpulang.

Kita sering mengira sedekah jariyah harus berupa proyek besar: masjid megah, rumah sakit, atau sekolah. Padahal, bentuk sederhananya pun bisa jadi sumber pahala tak berujung: menanam pohon, mendanai kursi belajar di mushola atau sekadar membelikan karpet shalat untuk musafir. Selama barang itu digunakan orang lain, selama manfaatnya dirasakan, catatan amal tak akan berhenti berjalan.

Sedekah jariyah sejatinya adalah cara Allah memberi kesempatan kepada manusia untuk “tetap hidup” meski tubuh sudah tiada. Di tengah dunia yang fana, ia menjadi tabungan abadi.

Mungkin kita tidak tahu kapan ajal menjemput. Tapi kita bisa memilih, apakah ingin meninggalkan dunia dengan tangan kosong, atau meninggalkan warisan pahala yang terus mengalir. Karena pada akhirnya, yang abadi bukanlah harta yang kita simpan, melainkan kebaikan yang kita tebarkan.

Admin YNSU

Yayasan Nur Sedekah Umat (YNSU) adalah organisasi nir labar berbentuk yayasan di bidang sosial. Memiliki semboyan: "Menggalang Potensi. Menebar Manfaat. Berkontribusi untuk Negeri. Meraih Ridhlo Ilahi."

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *